MAKNA SYAHADAT TAUHID ( Bagian Pertama ) Posted on February 27, 2018 by H. Sunaryo A.Y.

Assalamualaikum wr wb Bismillahirrahmanirrahiim Allahumma shali wasalim sayyidina Muhammad. Adapun makna kalimat ini, maka tidak ada keraguan lagi bahwa ia mengandung Nafi ( peniadaan ) dan isbat ( penetapan ). Yang dinafikan ialah semua unsur atau bagian dari hakikat Tuhan kecuali Tuhan Jalla wa’Azza. Sedangkan yang ditetapkan dari hakikat tersebut hanya satu yaitu Tuhan ( Allah )Jalla wa’Azza. Kata ‘illaa’ diadakan untuk membatasi adanya hakikat ketuhanan, yaitu bahwa hakikat itu tidak mungkin terdapat pada selain Allah SWT. Hakikat makna ketuhanan itu ialah sesuatu yang wajib wujud dan berhak untuk disembah.
Makna lahir syahadat Tauhid ini adalah kulli ( umum ), artinya bila ditinjau semata – mata berdasarkan pengertian makna itu mungkin terdapat pada banyak individu – individu atau satuan – satuan. Tetapi dalil – dalil yang pasti telah menunjukkan mustahil berbilang adanya dan bahwa pengertian itu hanya ada pada Allah Jalla wa’Azza saja. Maka lafadz ‘Allah’ yang disebut setelah huruf ‘istisna’ Illaa itu tidak lagi berarti Tuhan dengan pengertian kulli, melainkan sebagai juz’iy ( bagian atau khusus ).
Lafadz ‘Allah’ adalah nama bagi Dzat Tuhan Jalla wa’Azza yang tidak menerima kemungkinan terbilang, baik dalam pikiran maupun pada kenyataan. Andaikata makna ‘Allah’ sama dengan makna ‘Illah’, maka berarti terjadilah pengecualian sesuatu dari dirinya. Dengan begitu kalimat yang mulia ini tidak memberi makna Tauhid ( pengesaan ). Demikian pula kalau ‘Illah’ merupakan ‘juz’iy’ dan berarti sama dengan ‘Allah’ , juga akan terjadi pengecualian sesuatu dari dirinya sendiri. Selanjutnya, terjadi pulalah saling bertentangan dalam kalimat itu dalam menetapkan sesuatu dan kemudian meniadakannya.
Kesimpulannya , makna – makna yang dapat ditakdirkan secara akal pada kalimat ini ada empat, tiga diantaranya jelas batal sedangkan yang keempat masih terbagi dua. Salah satu diantaranya batal sehingga hanya terakhirlah yang benar.
Tiga makna yang batal ialah : Pertama, keduanya juz’iy, kedua, kedua – duanya kulli. Ketiga , yang pertama juz’iy sedang yang kedua kulli.
Makna keempat adalah kebalikan makna yang ketiga, yakni yang pertama kulli, sedang yang kedua juz’iy. Kalau ‘Ilah’ yang kulli itu diartikan secara mutlak dengan ‘sesuatu yang disembah’ maka itu tidak syah.,sebab akan terjadi kebohongan karena ternyata banyak Tuhan yang disembah secara tidak syah. Dan bila diartikan dengan ‘yang disembah secara benar’ barulah pengertian pengertian benar.
Jadi, semua pengertian itu tidak syah kecuali bila ‘Ilah’ diartikan sebagai kulli yang berarti ‘Yang disembah dengan hak’, sedang lafadz ‘Allah’ diartikan sebagai nama bagi fard ( tunggal ) yang mawjud dari makna yang kulli itu. Dengan demikian, maka makna kalimat tersebut menjadi ‘Tidak ada yang berhak untuk disembah dalam wujud ini kecuali fard (yang tunggal, Esa ) yang menciptakan alam ini, yaitu Allah SWT. ( Bersambung ).
Saya akhiri dulu tulisan religius ini, berjudul sesuai tersebut diatas Bagian Pertama. Kita nantikan penulisan selanjutnya Bagian Kedua pada penerbitan mendatang. Terima kasih atas segala perhatian serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Waafwa minkum wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
* Bahan-bahan ( materi ) diambil dan dikutip dari buku : BUKU PINTAR RUKUN ISLAM. Oleh : Nur Kholish Majid *
***
* Artikel religius ini dapat anda temukan pada Website kesayangan :Www.hajisunaryo.com *
***
* Artikel religius ini juga dapat anda temukan pada Website :Www.hsunaryo.blogspot.co.id atau Www.hsunaryo.blogspot.com *

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WANITA DUNIA LEBIH UTAMA DARIPADA BIDADARI SEPERTI KEUTAMAAN LAHIR ATAS BATHIN Posted on March 8, 2018 by H. Sunaryo A.Y.

BEBERAPA KEBIASAAN MASYARAKAT JAHILIYAH

SURAT AL-MULK DAPAT MENGELUARKAN PEMBACANYA DARI DALAM NERAKA UNTUK MEMASUKI SYURGA