FAEDAH BERDZIKIR DENGAN KALIMAT TAUHID Posted on February 28, 2018 by H. Sunaryo A.Y.

Assalamualaikum wr wb Bismillahirrahmanirrahiim Allahumma shali wasalim sayyidina Muhammad.Kita telah tahu bahwa kalimat ini ( kalimah Tauhid ) termasuk dzikir yang paling utama dan paling mulia disisi Allah SWT. Oleh karena itu, hendaklah orang – orang mukmin benar-
benar memberikan perhatian terhadapnya. Seyogyanya ia berwudhu untuk berdzikir dengannya, mengenakan pakaian yang suci, memilih tempat yang bersih, seperti dilakukan untuk tempat shalat. Sedapat – dapatnya, hendaklah ia memilih tempat yang sunyi, sepi dari orang-orang, dan juga mengutamakan waktu – waktu mulia seperti setelah selesai shalat fajar sampai terbit fajar, setelah Ashar sampai terbenam matahari, atau sebagian dari waktu – waktu tersebut menurut kesempatannya, atau antara Maghrib ke Isya ataupun pada waktu sahur.
Ketahuilah bahwa mengekali berdzikir dengan kalimat mulia ini ( Laa ilaaha illalllah ) menurut cara yang diterangkan tersebut diatas akan menghasilkan banyak faedah bagi orang yang berdzikir itu, sebagiannya merupakan kebajikan akhlak keagamaan dan sebagian lagi berupa karomah, yakni kejadian -kejadian luar biasa. Faedah – faedah itu ialah :
1. Sifat zuhud yang berarti tiadanya kecenderungan bathin terhadap sesuatu yang fana dan pupusnya kepercayaan terhadap sesuatu yang dapat lenyap. Kalau pun tangannya penuh berisi harta benda yang halal, itu dianggapnya sebagai pinjaman semata – mata. Semua tindakan yang dilakukannya berkenaan dengan harta itu senantiasa didasarkan kepada izin syara’ sebagaimana layaknya tindakan seorang wakil pemegang kuasa khusus yang pada setiap tarikan nafasnya ia senantiasa siap menerima pencabutan wewenangnya, melalui kematian dan lainnya. Kondisi ini meniadakan ketergantungan diri terhadap sesuatu yang pasti hilang.
2. Tawwakkul, yakni kepercayaan akan wakil ( pemegang kuasa ) yang sebenarnya sehingga ia tenang dan tidak goyah pada saat – saat tidak memperoleh asbab karena yakin kepada pencipta asbab itu sendiri.
Tawakkul, itu tidaklah cacat oleh prilaku zahir yang menggeluti asbab ( usaha keduniaan ), asalkan bathinnya tetap tidak berpengaruh olehnya sehingga ada dan tidaknya asbab itu sama saja didalam pandangannya.
3. Malu. Melalui pengagungan terhadap Allah ‘Azza wa Jalla dengan mengekali dzikir Allah
dan menghindarkan larangan serta perintah – Nya, ia akan malu untuk mengeluh atau mengadukan halnya kepada orang-orang lain yang juga lemah dan fakir seperti dirinya.
4. Kaya hati karena terbebas dari fitnah, gangguan, atau godaan asbab. Ia tidak menanggapi hukum ( ketentuan takdir ) Allah dengan kata : ” Seandainya….” , sebab ia tahu bahwa Tuhan Jalla wa ‘Ala yang memberi hukum itu adalah penguasa yang tunggal dalam mencipta dan menata kerajaan-Nya, Raja yang Maha Pemberi.
5. Fakir , yaitu hilangnya ketergantungan hati, ketamakan, dan keserakahan terhadap dunia , sebab ia tahu betul bahwa apa yang dihajatkannya tidak terdapat pada sesuatu apapun didunia itu. Selanjutnya ia tidak akan memberi pujian atau celaan atas dasar hal – hal keduniaan.
6. Mengutamakan orang lain atas diri sendiri, sepanjang tidak dicela oleh syara’.
7. Futuwwah, yakni keengganan menuntut kebajikan dari para makhluk, walaupun ia sendiri terlebih dahulu berbuat kebajikan kepada mereka. Sebab, ia tahu bahwa perbuatan baik yang dilakukannya kepada mereka dan prilaku buruk mereka kepadanya itu hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT.
8. Syukur, yaitu menunggalkan sesuatu puji dihatinya kepada Allah SWT semata-mata. Disamping itu, ia juga dapat melihat dan menyadari bahwa nikmat selain terkandung di dalam lipatan nikmat ( bala, cobaannya )-Nya.
9. Mendapatkan berkah pada makanan dan lainnya sehingga yang sedikit menjadi banyak, yang tidak seberapa menjadi cukup. Keadaan seperti banyak disaksikan terjadi pada wali Allah.
10. Kemudahan mendapatkan uang, dinar atau dirham, maupun kebutuhan – kebutuhan sajadahnya.
11. Tersingkapnya hakikat makanan yang akan disantap sehingga diketahui apakah makanan itu halal, haram, atau mengandung syubhat , melalui tanda – tanda pada bathin atau zahir maupun dari luar dirinya.
Karomah jenis ini amat banyak, bahkan tidak terhingga. Namun seorang mukmin tidaklah pantas menempatkan hal itu sebagai tujuan dari amal dan taatnya, sebab itu bisa membuatnya terlena dan tercemar oleh syirik tersembunyi.
Perkara Karomah sebenarnya hal yang mesti dibersihkan dari hati ketika berdzikir dengan kalimat tauhid. Janganlah sekali – kali seseorang berpaling kepadanya. Hendaknya, ia semata – mata menunjukkan dzikirnya untuk mendapatkan ridha Allah, yang amat dibutuhkan setiap makhluk dan tidak dapat digantikan dengan apapun dan untuk menyingkap tabir yang menutupi pandangan mata hatinya agar ia mencapai kesucian dan kemuliaan tiada tara sehingga Allah menyebutnya dengan berbagai keajaiban dan rahasia yang tidak ternilai.
Saya akhiri tulisan religius ini, berjudul sesuai tersebut diatas. Terima kasih atas segala perhatian serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Jumpa lagi kita, insya Allah dikesempatan lain tentu saja dengan tulisan saya yang lain. Waafwa minkum wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
* Bahan-bahan ( materi ) diambil dan dikutip dari buku :BUKU PINTAR RUKUN ISLAM. Oleh : Nur Kholish Majid *
***
* Artikel religius ini juga dapat anda temukan pada Website :Www.hsunaryo.blogspot.co.id atau Www.hsunaryo.blogspot.com *
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WANITA DUNIA LEBIH UTAMA DARIPADA BIDADARI SEPERTI KEUTAMAAN LAHIR ATAS BATHIN Posted on March 8, 2018 by H. Sunaryo A.Y.

BEBERAPA KEBIASAAN MASYARAKAT JAHILIYAH

SURAT AL-MULK DAPAT MENGELUARKAN PEMBACANYA DARI DALAM NERAKA UNTUK MEMASUKI SYURGA